Rabu, 22 Februari 2017

Asal Usul Desa Karangrandu Pecangaan Jepara



Asal Usul Desa Karangrandu Pecangaan Jepara

Ketika pertama kali datang, Ki Jati Pamekas mendapati sebuah kawasan yang subur namun pada tempat-tempat tertentu terlihat gersang. Hutan yang lebat sedikit demi sedikit mulai dipugar/dibabad bersama pengikutnya. Ki Jati Pamekas harus berhadapan dengan salah satu Jin penghuni Hutan yang bernama arso linggo. Jin sakti yang sudah berkuasa lama kemudian menjadi pengkikut Ki Jati. Jin arso linggo mengatakan bahwa dia tinggal di kawasan itu sejak pala tumbuh, dulunya dia datang atas utusan Dewi Lanjar yg menginginkan kawasan naik bekas lautan itu dihuni agar kekayaan yang ada di dalamnya tidak jatuh kepada orang yang salah. Dengan penjelasan itu maka Ki Jati mengatakan kepada arso bahwa “kini kawasan itu telah di huni dan semoga tidak jatuh kepada orang yang salah. Tanah ini akan di huni oleh orang-orang yang teguh dan damai menaungi. Tegap bagai Karang dan Rindang bagai Randu. Dalam pemeliharaan anak cucuku kelak maka daerah ini akan dinamai “Karangrandu”. Cerita berlanjut hingga dari jaman ke jaman hingga Kesultanan Demak dan datangnya Sentana yang menjadikan Karangrandu sebagai tempat amandito. Dalam salah satu jaman seorang pemimpin Karangrandu menemukan kiblat yang dipindai dengan kekuatan ikhlasnya dan diabadikan dalam sebuah pohon. Pohon itu sempat besar dan sekaligus tanda arah. Sekarang pohon itu sudah tidak ada, ada empat pohon tua di Karangrandu yang kini tinggal satu pohon. Pohon tersebut berada di Wetan Kali / Selatan Sungai.
Desa karangrandu terbagi oleh sungai, orang karangrandu menamainya karangrandu wetan dan karang randu kulon. Pohon besar yang berjumlah 4 itu dulu berada di karangrandu wetan atau seperti yang dikatakan Ibu Hj. Rosyidah generasi ketiga dari orang asli karangrandu menyebutnya daerah Mbedoro. Letak karangrandu yang dipisahkan oleh sungai itu berhulu ke sebuah bendungan yang sudah berada sejak zaman penjajahan. Jalan karangrandu sejak dulu telah teraspal juga karena orang-orang penjajahan mempermudah akses jalan menuju ke bendungan. Dari sungai atau kali tersebut juga pernah dilewati dan untuk tempat istirahat pasukan Ratu Kalinyamat untuk melawan Syekh Ja’far Shodiq pada kala itu. (red/anyis).
 Oleh : Nur Anisatul Hikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar