Rabu, 08 Maret 2017

Sejarah Asal-Usul Nama Desa Yang Dilalui Oleh Sultan Hadirin Saat Perang


Sejarah Asal-Usul Nama Desa Yang Dilalui Oleh Sultan Hadirin Saat Perang

Asal usul nama Pringtulis adalah sunan kudus dianggap ikut terlibat dalam kasus itu. Hal ini dikarenakan di temukannya keris kiai Setan Kober dalam peristiwa pembunuhan itu, di namakan keris kiai Setan Kober tidak lain adalah millik kanjeng sunan Kudus. mendapatkan penjelasan yang mengecewakan dari kanjeng sunan Kudus akhirnya raden Ayu Retno Kencono bersama sang suami pergi meninggalkan padepokan Kudus pulang kembali ke Kalinyamat. Di tengah perjalanan rombongan raden Ayu Retno Kencono di cegat oleh utusan-utusan pangeran Haryo Penangsang.

Pertarungan pun tak dapat dihindari. Di karenakan jumlah yang tidak sepadan akhirnya banyak jatuh korban di pihak Raden Ayu Retno Kencono termasuk sang suami sendiri yaitu sultan Hadirin. Sultan Hadirin terluka parah namun berhasil meloloskan diri dari kejaran para pengikut pangeran Haryo Penangsang. Dengan di bantu oleh istrinya Sultan Hadirin terus berlari menuju Jepara. Peristiwa inilah yang konon kemudian menjadi nama-nama desa di sepanjang rute yang di lalui oleh Sultan Hadirin, yaitu mulai dari desa Damaran Kudus. Konon saat terluka itu penduduk sekitar sedang menghidupkan damar/lampu teplok karena waktu sudah sore sehingga daerah tersebut dinamakan Damaran. Kemudian desa prambatan Kudus di sebelah baratnya, konon karena saking parahnya luka yang di derita oleh Sultan Hadirin sampai-sampai harus merambat atau merangkak untuk berjalan, sehingga daerah tersebut dinamakan Prambatan. Kemudian di sebelah barat desa Prambatan ada desa bernama Kaliwungu Kudus, konon di tempat itu Sultan Hadirin membasuh luka di sebuah sungai atau kali dan air sungai berubah menjadi ungu atau wungu sehingga daerah tersebut dinamakan Kaliwungu.

Disebelah barat desa Kaliwungu terdapat desa bernama desa Pringtulis Jepara, konon di daerah tersebut Sultan Hadirin menulis tentang apa yang di alaminya itu pada sebatang bamboo atau pring, sehingga daerah tersebut dinamakan Pringtulis. Disebelah barat desa Pringtulis terdapat desa Mayong Jepara, konon pada waktu sampai di daerah ini Sultan Hadirin tidak kuat menahan tubuhnya sehingga jalannya sempoyongan atau moyang-moyong sehingga daerah ini dinamakan Mayong. Disebelah barat desa Mayong terdapat desa Purwogondo, konon didaerah tersebut Sultan Hadirin menghembuskan nafas terakhir, dari jasadnya mengeluarkan bau atau gondowangi sehingga derah tersebut kemudian dinamakan Purwogondo. Disebelah utara desa Purwogondo terdapat desa Krasak, konon saat jasad Sultan Hadirin hendak dibawa ke Mantingan atau pesanggrahan Sultan Hadirin, jasad Sultan Hadirin terjatuh disebuah sungai dan menyangkut disebuah jembatan bambu yang menimbulkan bunyi krasak-krasak sehingga daerah tersebut dinamakan desa Krasak, kemudian jasad Sultan Hadirin di kebumikan di desa Mantingan Jepara.
Oleh : Khoirul Anisa

Kamis, 02 Maret 2017

SEJARAH NAMA DESA SURODADI



SEJARAH NAMA DESA SURODADI

Wawancara Dengan Tokoh di Desa Surodadi bapak Kusrin (60 tahun) pada tanggal 31 Mei 2016
            Surodadi itu diambil dari kata suro=berani, dadi=jadi, jika digabungkan Surodadi berani, berani jadi sebuah desa yang besar dan kokoh. Nama surodadi di ambil dari pendirinya yang bernama mbah Suronoto Dadi, maka dari itulah nama desa surodadi. Dan di Surodadi sendiri ada danyang, danyang itu yang abu rekso namanya Suripah jadi siapapun yang ingin calon lurah Surodadi harus ada nama “S” hidup, karena sudah diyakini jika ada huruf “S”nya pasti jadi petinggi desa, hal itu dusah terbukti berpuluh-puluh tahun di tengah kampong tersebut. Di tengah kampong desa Surodadi itu terdapat kolam yang airnya berwarna hijau, konon kolam itu tempat pemandian danyang Suripah, kolam tersebut masih sampai sekarang warnanya tidak pernah berubah meskipun kemarau dan musim hujan masih tetap jsaja berwarna hijaudan bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai obat segala penyakit dan menjadi wadah pemersatu warga.
            Mbah Suronoto Dadi setelah selesai membuat desa surodadi tersebut, neliau pindah ke Kota

ASAL – USUL DESA GODO KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI



ASAL – USUL DESA GODO KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI 

Pada abad ke XII terdapat pemerintahan Kadipaten Paranggarudo yang sekarang menjadi Desa Godo Kecamatan Winong. Di desa godo sendiri terdapat peninggalan kuno berupa yoni (umpak) serta batu-batu dalam ukuran besar (batu bata kuno). Disamping itu terdapat bekas peninggalan yang dikeramatkan berupa petilasan dan tiga pohon besar, pada tempat tersebut terdapat pasar desa. Desa godo dilintasi oleh sebuah sungai tambar godo yang bermata air di bukit kendeng utara, sebelah selatan desa Godo mengalir ke utara bergabung dengan sungai –sungai ke arah juwana dan akhirnya ke laut jawa.
Pada abad ke XII Kadipaten Paranggarudo tidak jauh dari aliran selat muria yang kemudian menjadi silugangga. Bumi paranggarudo terkenal sebagai daerah gemah ripah, “ GEMAH”(banyak orang yang melakukan perdagangan), “RIPAH”(banyak orang dari luar daerah yang berdatangan kesana). Dan juga terkenal sebagai daerah yang “karta tur raharja”, karta yang berarti kawula hidup tentram dan rahardja yang berarti tidak ada yang mengusik. Dan juga disebut dengan daerah loh jinawi, sebab loh jinawi itu memiliki arti apa yang ditanam pasti tumbuh dengan subur, dan apa yang dibeli musti murah, sebab semuanya tersedia. “Loh” berarti tukul kang sarwo tinandur. Meskipun didaerah tersebut belum mempunyai saluran yang teratur, karena pada waktu itu masih merupakan daerah/persawahan tadah hujan.
Dahulu Kadipaten Paranggarudo  diperintah oleh seorang adipati yang bernama

Senin, 27 Februari 2017

Sejarah Nama Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak



Sejarah nama Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak

Menurut legenda setempat nama Ngaluran berasal dari dua istilah Jawa "ngaluran"= ngalur-alur sak paran-paran. Artinya berjalan tanpa arah. Yang kedua dari kata "Ngaloran"= berjalan menuju ke arah utara. Kedua nama tersebut tampaknya menemukan titik temu jika menilik sejarah desa tersebut. Menurut keterangan para sesepuh desa, desa Ngaluran dulunya dibuka (dibabat) oleh sepasang suami istri yang biasa dipanggil mbah buyut Kerti dan mbah Buyut Kerto. Kedua orang inilah yang diyakini sebagai pendiri desa Ngaluran dan hingga saat ini makam keduanya masih dirawat dengan baik dan diperlakukan layaknya "punden" pendiri desa. Dinamakan ngaluran atau ngaloran karena dulunya kedua pendiri desa tersebut menemukan tempat tersebut masih berupa huatn belantara. Lalu keduanya membuka lahan dengan cara membabat tanpa arah yang pasti dan ternyata cenderung ke arah utara (ngalor bahasa jawa).
Dan di desa ngalauran ini terdapat banyak mata pencarian sebagaimana layaknya daerah pedesaan, mayoritas penduduk setempat bermatapencaharian sebagai petani dan buruh penggarap lahan, pedagang dan sebagainya. Akan tetapi, sejak sekitar dua puluh tahun terakhir tepatnya sejak

ASAL USUL DESA JEPANG PAKIS



ASAL USUL DESA JEPANG PAKIS

Konon ceritanya Desa Jepang Pakis diambil dari nama seorang tokoh pada zaman itu. Tokoh itu tidak lain adalah Aryo Jipang, beliau merupakan salah satu sinopati di Kerajaan Majapahit, dimana pada saat itu Kerajaan Majapahit berperang dengan Kerajaan Islam Bintoro Demak. Dan atas ijin Allah tentara Kerjaan Islam Bintoro Demak dapat menghancurkan dan mengalahkan Kerajaan Majapahit. Sehingga para pasukan Kerajaan Majapahit banyak yang meninggal. Para sinopati hulu balang lari untuk menyelamatkan diri. Salah satunya sinopati itu adalah Aryo Jipang, dengan menaiki seekor kuda lari untuk menyelamatkan diri. Beliau dikejar dari Demak lari ke utara(timur laut) hingga sampai ke daerah yang mana daerah itu masih dalam wilayah kota Kudus. Senopati Aryo Jipang berhasil sembunyi di daerah itu, dimana daerah itu masih berupa hutan belantara dan di dalam hutan itu beliau bersembunyi hingga selamat dari kejaran tentara Kerajaan Demak. Karena keadaan hutan itu terdiri dari pohon pakis haji yang sangat lebat. Akhirnya daerah itu diberi beliau nama.
“Jepang Pakis”. “Jepang atau Jipang” diambil dari namanya Aryo Jipang. Sedangkan “Pakis” diambil dari keadaan hutan tersebut yang banyak hidup pohon liar yang bernama “Pakis Haji”. Pada saat itu beliau dengan disaksikan oleh penduduk setempat memberi nama desa tersebut “Jepang Pakis”. Dan sampai sekarang desa tersebut dinamakan desa “Jepang Pakis”.
Desa Jepang Pakis terdapat banyak nama pendukuhan yang diambil dan digali dari keadaan daerah itu tersendiri, salah satu contoh pendukuhan “Pandean” dan pendukuhan “Karang Anyar”. Nama dari pendukuhan Pandean tersebut diambil dari dari kegiatan masyarakat setempat yang mata pencariannya sebagai “pandai besi” dan nama Karang Anyar diambil dari

ASAL-USUL NAMA DESA WEDUNG KABUPATEN DEMAK



ASAL-USUL NAMA DESA WEDUNG KABUPATEN DEMAK

A.    Deskripsi
Berdasarkan wawancara saya dengan Bapak Sunarto selaku sesepuh (tokoh masyarakat) setempat asal-usul sejarah berdirinya desa wedung tidak juga terlepas dalam masa pambangunan Masjid Agung Demak membutuhkan 4 buah tiang jati (Soko) yang awalnya semua adalah dari Muria Kudus yang dibawa dari Kudus melalui jalur laut mengunakan getek, getek pembawa kayu jati dari hutan Muria terdampar di Kepulauan Gajah-Oyo karena ombak besar. Setelah diteliti, ternyata hanya tersisa 3 dari 4 gelondong tiang jati (soko). Saat para pekerja ingin memperbaiki geteknya, “wadungnya” tidak ada, diperkirakan jatuh tercebur di perairan Kepulauan Gajah-Oyo. Kemudian mereka berinisiatif membuat jaring untuk “ngrikit” (dari tali-temali yang ada, yang berbentuk jaring seret yang ditarik bersama menelusuri (ngrikiti) gugusan-gugusan tepi pulau) guna menjaring satu gelondong dan wadung yang hilang. Namun, apa yang dicari tak kunjung ditemukan meski sudah “digribig” (dijaring secara merata). Akhirnya, gethek berhenti di desa ujung-timur bagian selatan yang kemudian dinamakan Desa Gribigan. Dan rakyatnya, kaum nelayan, menggunakan jaring krikit, yang ditarik bersama menyusuri pantai sampai dengan

Rabu, 22 Februari 2017

SEJARAH DESA WELAHAN JEPARA



SEJARAH DESA WELAHAN JEPARA
            Dahulu Desa Welahan merupakan daerah segara atau lautan yang sering menjadi jalan berlayarnya para saudagar atau para nelayan dari negara manca yang mau berdagang di Indonesia terutama bangsa Cina. Kemudian ada seorang saudagar dari cina yang bernama SAM POO KOONG yang berlayar / membawa perahu ke Indonesia bersama barang dengan rempah-rempah. Kisah perjalanan saudagar cina yang bernama Sam Poo Koong menuju Indonesia dengan barang dagangannya ke Indonesia. Dalam perjalanan mereka bermaksud untuk mampir bertemu Sunan Muria. Tujuan bertemu Sunan Muria tidak untuk menawarkan dagangannya namun hanya silaturahim ngangsu karwuh atau tukar pengalaman kepada Sunan Muria.
            Dalam pembicaraan antara Sunan Muria dan Sam poo koong ada ucapan atau kata-kata sam poo koong yang menyinggung perasaan dan kurang diterima oleh Sunan Muria. Karena Sunan Muria merasa tersinggung dan dihina oleh Sam poo koong sehingga Sunan Muria murka dan marah hingga

Asal Usul Nama Dukuh NDUKOH Desa Kedungdowo Kec. Kaliwungu Kab. Kudus



Asal Usul Nama Dukuh NDUKOH
Desa Kedungdowo Kec. Kaliwungu Kab. Kudus

Sebelum bercerita asal usul nama dukuh NDUKOH, saya perkenalkan Desa Kedungdowo terlebih dahulu. Desa kedungdowo merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Desa kedungdowo terletak di tengah bagian selatan Desa Setro Kalangan(perbatasan dengan Demak), bagaian barat Desa Jetak (jika kebarat terus adalah kota Jepara), bagian utara Desa Mijen dan Timur adalah Desa Garung (jika ke timur terus Kota Kudus).
Jarak tempuh Desa Kedungdowo ke Kecamatan Kaliwungu yaitu sekitar 3 kilometer dan jarak tempuh ke Kabupaten Kudus sekitar 7 kilometer. Warga Desa Kedungdowo bermata pencaharian sebagai wiraswasta, penjahit konveksi baju dan tas, petani dan nyetak boto (pencetak bata).
Desa kedungdowo memiliki atau dibagi menjadi beberapa dukuh diantaranya disebelah utara namanya adalah dukuh Krajan (perbatasan dengan Mijen), disebelah timur namanya

Asal Usul Desa Karangrandu Pecangaan Jepara



Asal Usul Desa Karangrandu Pecangaan Jepara

Ketika pertama kali datang, Ki Jati Pamekas mendapati sebuah kawasan yang subur namun pada tempat-tempat tertentu terlihat gersang. Hutan yang lebat sedikit demi sedikit mulai dipugar/dibabad bersama pengikutnya. Ki Jati Pamekas harus berhadapan dengan salah satu Jin penghuni Hutan yang bernama arso linggo. Jin sakti yang sudah berkuasa lama kemudian menjadi pengkikut Ki Jati. Jin arso linggo mengatakan bahwa dia tinggal di kawasan itu sejak pala tumbuh, dulunya dia datang atas utusan Dewi Lanjar yg menginginkan kawasan naik bekas lautan itu dihuni agar kekayaan yang ada di dalamnya tidak jatuh kepada orang yang salah. Dengan penjelasan itu maka Ki Jati mengatakan kepada arso bahwa “kini kawasan itu telah di huni dan semoga tidak jatuh kepada orang yang salah. Tanah ini akan di huni oleh orang-orang yang teguh dan damai menaungi. Tegap bagai Karang dan Rindang bagai Randu. Dalam pemeliharaan anak cucuku kelak maka daerah ini akan dinamai “Karangrandu”. Cerita berlanjut hingga dari jaman ke jaman hingga Kesultanan Demak dan datangnya Sentana yang menjadikan Karangrandu sebagai tempat amandito. Dalam salah satu jaman seorang pemimpin Karangrandu menemukan kiblat yang dipindai dengan kekuatan ikhlasnya dan diabadikan dalam sebuah pohon. Pohon itu sempat besar dan sekaligus tanda arah. Sekarang pohon itu sudah tidak ada, ada empat pohon tua di Karangrandu yang kini tinggal satu pohon. Pohon tersebut berada di Wetan Kali / Selatan Sungai.
Desa karangrandu terbagi oleh sungai, orang karangrandu menamainya karangrandu wetan dan karang randu kulon. Pohon besar yang berjumlah 4 itu dulu berada di karangrandu wetan atau seperti yang dikatakan Ibu Hj. Rosyidah generasi ketiga dari orang asli karangrandu menyebutnya daerah Mbedoro. Letak karangrandu yang dipisahkan oleh sungai itu berhulu ke sebuah bendungan yang sudah berada sejak zaman penjajahan. Jalan karangrandu sejak dulu telah teraspal juga karena orang-orang penjajahan mempermudah akses jalan menuju ke bendungan. Dari sungai atau kali tersebut juga pernah dilewati dan untuk tempat istirahat pasukan Ratu Kalinyamat untuk melawan Syekh Ja’far Shodiq pada kala itu. (red/anyis).
 Oleh : Nur Anisatul Hikmah

SEJARAH GONG PERDAMAIAN DUNIA (WORLD PEACE GONG)



SEJARAH GONG PERDAMAIAN DUNIA (WORLD PEACE GONG)

Di Desa Plajan Kecamatan Pakis aji Kabupaten Jepara, terpasang replika Gong Perdamaian Dunia, Gong Perdamaian Asia-Afrika, dan Gong Perdamaian Nusantara. Gong tersebut juga terpasang di 46 negara di seluruh benua. Gong perdamaian dunia pertama kali dipasang di bali, usai peristiwa ledakan bom tahun 2002 silam, dan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Menurut Bp Djuyoto Suntani ( Presiden Komite Perdamaian Dunia), seluruh umat manusia adalah saudara. Tinggal dibumi yang sama, minum dari air yang sama, dan menghirup udara yang sama. Namun kenyataanya, persamaan yang dimiliki tidak membeuat manusia hidup dalam perdamaian. Keberadaan gong perdamaian dunia dapat melahirkan perdaban baru bagi umat manusia yang santun, damai dan bersaudara. Rencananya, gong perdamaian akan dipasang di 202 negara, Saat ini yang terkumpul baru dari 132 negara jadi masih kurang 70 negara lagi.
Rabu, 25 April 2012 Museum Gong Perdamaian Dunia, telah dirsmikan Menteri pekerjaan umum, Djoko Kirmanto, berkat dukungan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. sebagai salah satu obyek wisata andalan di jawa tengah. Seiring waktu, gong perdamaian tersebut kian meluas di lingkup nusantara, asia, afrika, dan eropa. Pencapaian luar biasa ini tidak lepas dari  ide serta

ASAL USUL BERDIRINYA MASJID DAN TOKOH PENDIRI MASJID “RAUDLATUL MUTTAQIN” NGRENTENG GEMIRINGLOR NALUMSARI JEPARA



ASAL USUL BERDIRINYA MASJID DAN TOKOH PENDIRI MASJID “RAUDLATUL MUTTAQIN” NGRENTENG GEMIRINGLOR NALUMSARI JEPARA

Berdasarkan wawancara saya dengan bapak Muhtar dirumahnya karena beliau sebagai salah satu tokoh agama penerus dari Mbah Samadi di masa sekarang. Masjid Jami’ “Raudlatul Muttaqin” merupakan satu-satunya masjid yang berada di dukuh Ngrenteng desa Gemiringlor Nalumsari Jepara. Masjid ini didirikan pada tanggal 11 Juli tahun 1957 oleh mbah Samadi bin Mad Rais yang merupakan tokoh yang mempunyai andil besar dalam pendirian masjid ini dan didukung penuh oleh tokoh lain yaitu mbah Tarjo Seti, mbah Muhari, dan Mbah H. Abdul Ghoni dan seluruh warga masyarakat dukuh Ngrenteng pada waktu itu. Karena pada waktu itu untuk melaksanakan shalat Jum’at itu harus pergi ke dukuh lain bahkan ke desa lain yang jaraknya lumayan jauh. Masjid ini didirikan dengan sangat sederhana di atas tanah seluar 700 m2 yang merupakan wakafan dari mbah Samadi. Dahulu nama masjid “Raudlatul Muttaqin” ini bernama Masjid “ Taman Sari”. Setelah tahun demi tahun berjalan, masjid ini pun mengalami renovasi-renovasi pada tahun 1974.
Sebelum mendirikan masjid tersebut, mbah Samadi mengelola sebuah pondok atau

MBAH GILANG DAN SEJARAH DESA BAE



MBAH GILANG DAN SEJARAH DESA BAE
Oleh: Aulia Mustafidah

Desa bae merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Bae kabupaten Kudus. Terletak di jalur utama arah Sunan Muria. Mempunyai 5 dukuh yaitu:
1.      Dukuh Pondok
2.      Dukuh Bendo
3.      Dukuh Krajan
4.      Dukuh Karangsambung
5.      Dukuh Karangdowo
Sejarah munculnya nama desa Bae tidak lepas dari kisah Mbah Gilang, yang  namanya sangat terkenal di masyarakat Bae. Nama Mbah Gilang juga sering disebut ketika pembacaan hadroh pada acara tahlil di masyarakat. Selain itu nama Mbah Gilang juga digunakan untuk menyebut masjid Nurul Mubin yang terletak di dukuh Pondok.
Mbah Gilang merupaka nama sebutan, nama aslinya adalah Mbah Jalmo Supat. Pada masanya, beliau menyebarkan agama islam dan membangun sebuah masjid di atas sungai yang sangat jernih. Karena air jernih pada saat itu gilang-gumilang maka penduduk setempat menjuluki Mbah Jalmo Supat dan masjid yang didirikannya dengan sebutan “gilang”.
Makam Mbah Jalmo tidak diketahui dengan pasti tempatnya, namun

TRADISI NYEKAR (ziarah kubur) MASYARAKAT INDONESIA DALAM PANDANGAN ISLAM



TRADISI NYEKAR (ziarah kubur) MASYARAKAT INDONESIA DALAM PANDANGAN ISLAM
Ziarah kubur adalah salah satu tradisi umat Islam di Indonesia yang merupakan hal yang sudah menjadi tradisi terutama pada saat menjelang bulan ramadhan dan menjelang lebaran, orang-orang berbondong-bondong  pergi ke makam dari keluarga mereka yang sudah meninggal. Medoakan keluarga yang sudah meninggal supaya mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah SWT. Akan tetapi Ziarah kubur masih menjadi perdebatan bagi beberapa golongan, ada yang memperbolehkan ada juga yang menganggap itu musyrik, karena mereka menganggap ziarah kubur meminta pertolongan dari orang yang meninggal.
Kita lihat dari segi pandangan islam apakah memperbolehkan ziarah kubur atau tidak, pada semasa hidup Rasulullah SAW pernah melakukan ziarah kubur ke makam salah satu sahabat beliau dan mendoakan sahabat tersebut, tetapi Rasulullah tidak melarang terhadap umatnya untuk berziarah. Ziarah bukan meminta pertolongan ataupun rizki kepada orang yang sudah meninggal melainkan mendoakan orang yang sudah meninggal agar lapang kuburnya dan mendapat ridha dari Allah.
Pada awal perkembangan islam dulu ziarah kubur merupakan hal yang diharamkan, namun

Selasa, 17 Januari 2017

ASAL USUL NAMA DESA GEDANGALAS DI KECAMATAN GAJAH KABUPATEN DEMAK



ASAL USUL NAMA DESA GEDANGALAS
DI KECAMATAN GAJAH KABUPATEN DEMAK

Hasil Penelitian.
Saya penelitian pada hari minggu tanggal 28 mei 2016 dengan Simbah Kartini. Simbah kartini asli dari dari Desa Gedangalas. Umur mbah Kartini kurang lebih 70 tahun, sebenarnya Simbah Kartini pun belum yakin umurnya berapa, namun beliau memperkirakan umurna 70 tahun. Beliau tinggal sendiri  suaminya telah meningal 10 thun yang lalu, rumah beliau dekat dengan anak sulungnya yaitu ibu Malihatun.
Dahulu desa gedangalas adalah hutan yang sangat luas, hutan tersebut menjadi satu-satunya jalan menuju Desa Proto, dimana desa tersebut adalah satu satunya lahan untuk mencari rizki ( nafkah). Namun setiap ada orang yang ingin melewati hutan / jalan tersebut terdapat

Sabtu, 07 Januari 2017

Minak Kocar Asal Mula Desa Peganjaran



Desa Peganjaran merupakan desa yang terletak di kecamatan Bae kabupaten kudus. Menurut Ibu Sumiyatun (istri petinggi dukuh Blender) cerita ini yang beredar secara turun menurun yang disampaikan dari mulut kemulut. Untuk kebenaran secara pasti sejarah Desa Peganjaran belum bisa dikatakan 100% benar. Desa Peganjaran ini berdiri bermula dari penggabungan dari tiga desa yang masing –masing dipimpin oleh petinggi/kepala desa. Adapun desa tersebut adalah Desa Dlingo, Desa Jatisari, Desa Blender.
            Konon menurut shokhibul hikayah di desa tetangga (Gedang Sewu) ada seorang yang suka berbuat onar (maling/merampok) yang konon dia adalah seseorang yang sakti dan mempunyai ilmu kebal. Maling/ rampok tersebut bernama Minak Kocar. Ketika masyarakat sudah mulai resah dengan perilaku/keonaran yang ia buat, dan masyarakat juga tidak bisa menangkap Minak Kocar masyarakat pun melaporkan perbuatannya ke Bupati.
            Setelah Bupati yang berkuasa pada zaman itu mendapat laporan dari masyarakat, akhirnya

Tokoh agama di desa Langgar Dalem beserta karya tulisannya : KH. Ma’ruf Irsyad



Tokoh agama di desa Langgar Dalem beserta karya tulisannya : KH. Ma’ruf Irsyad
KH. Ma’ruf Irsyad adalah salah satu tokoh agama di Kudus tepatnya di desa Langgar Dalem. Beliau mensyiarkan islam dengan mengaji kitab-kitab di masjid-masjid setiap habis magrib dan mengisi di majelis-majelis. Biasanya beliau mengajar ngaji di masjid Kaujon tepatnya di desa langgar dalem, masjid Al-Aqsa di Menara Kudus, dan masjid di megawon. Jamaahnya tidak hanya dari santri-satri beliau tetapi juga dari masyarakat sekitar.
KH. Ma’ruf Irsyad lahir pada 27 Muharram 1358 H / 19 Maret 1939 M. beliau lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya bernama KH. Irsyad dan ibunya bernama ibu HJ. Munijah. H. Irsyad adalah tokoh agama yang disegani di desa itu. Beliau adalah salah satu kiai ahli tauhid. H. Irsyad adalah pendiri pondok pesantren Raudhatul Muta’allimin Jagalan, Langgar Dalem, Kudus.
Ketika umur 3 tahun Yai Ma’ruf Irsyad sudah ditinggal ayahnya Yai Ma’ruf pulang ke rahmatullah. Perekonomian keluarganya pun bertumpu pada ibunya Nyai Munijah. Yai Ma’ruf juga membantu perekonomian keluarganya. Alhasil, Yai Ma’ruf harus bersekolah dan menjual jajanan yang dibuat oleh ibunya. Beliau mengantar jajanan ke warung-warung. Sampai hampir setiap hari beliau datang terlambat ke sekolah. Selain itu sejak kecil beliau juga sudah terampil membuat toplek. Dengan keterampilan itu, beliau meminta orderan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun